Menurut Slamet Sugiri (1999), akuntansi pertanggungjawaban adalah penyusunan laporan-laporan prestasi yang dikaitkan pada individu/anggota kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada factor-faktor yang dapat dikendalikan oleh individu/kelompok tersebut. Focus akuntansi ini adalah unit-unit organisasi yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan kegiatan/ mencapai tujuan tertentu. Biasanya konsep akuntansi pertanggungjawaban ini digunakan untuk menyusun laporan prestasi.Laporan ini hanya berisi elemen-elemen yang dapat dikendalikan oleh manajer tersebut.
Dalam menerapkan system akuntansi pertanggungjawaban, seluruh bidang wewenang dan tanggung jawab di dalam organisasi harus ditetapkan lebih dahulu secara jelas.Misalnya di universitas yang tergolong besar, pusat pertanggungjawaban masing-masing fakultas (ekonomi, social &politik ,dsb) dan bagian pendukung seperti bagian pemeliharaan, kafetaria,dsb. Jika aktivitas bermacam-macam ,maka akun pertanggungjawaban harus dirinci lebih jauh lagi. Maka satu departemen mungkin terdiri atas beberapa pusat pertanggungjawaban dengan laporan prestasi dibuat untuk setiap pusat pertanggungjawaban tersebut. Di bawah ini kami sajikan sebuah perusahaan manufaktur, yang memiliki tujuan jangka pendek untuk ,memperoleh laba dengan memproduksi dan menjual barang jadi.
UKURAN PRESTASI
Orang-orang yang bertanggung jawab terhadap aktivitas tertentu, terutama yang menduduki lini pertama, secara rutin disodori ukuran-ukuran prestasi moneter dan non-moneter.
a. UkuranMoneter
Laporan prestasi hampir selalu dinyatakan dengan unit moneter (uang), karena unit moneter di anggap sebagai denominator umum dan dapat di jumlahkan. Namun demikian, unit yang tidak menggunakan moneter tidak boleh diabaikan.Contohnya Karyawan diberikan kebebasan menyampaikan info kepada managemen yang lebih tinggi mengenai cara-cara salah yang dilakukan supervisornya.
b. Ukuran Non-moneter
Ukuran non-moneter harus dinyatakan dalam hubungannya dengan aktifitas/sumber daya yang harus mereka pertanggungjawabkan.Contohnya : Manager pemasaran wilayah menghendaki informasi tentang pangsa pasar, jumlah pesanan, keluhan konsumen, dsb
FREKUENSI PELAPORAN PRESTASI
Frekuensi pelaporan prestasi harus disesuaikan dengankebutuhan agar manager dapat melakukan tindakan perbaikan dengan tepat.Contohnya, meskipun laporan prestasi tahunan memang dapat membantu rencana pengembangan dan mengevaluasi prestasi manager namun tidak berguna untuk menyesuaikan operasi sepanjang tahun.Frekuensi pelaporan itu berbeda-beda tergantung pada jenjang management dan tingkatan karyawan pada setiap jenjang.
a. Manager pada jenjang lebih tinggi lebih banyak menggunakan waktu untuk perencanaan operasi dan memotivasi karyawan agar melakukan rencana-rencana yang telah ditentukan.
b. Manager pada jenjang lebih bawah, akan lebih banyak menggunakan waktunya untuk melaksanakan rencana-rencana. Maka manager lebih rendah membutuhkan lebih banyak umpan balik yang tepat.
PUSAT-PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Pusat pertanggungjawaban merupakan laporan prestasi yang disiapkan bagi setiap unit organisasi. Hal ini dilakukan bertujuan untuk evaluasi prestasi keuangan, pusat-pusat pertanggungjawaban di klasifikasikan menjadi :
8.3.3.1 Pusat Biaya.
Pusat biaya (cost-center) secara financial hanya bertanggungjawab atas terjadinya biaya. Kepala Department bertanggung jawab atas biaya dalam department, dan wakil direktur produksi bertanggung jawab terhadap semua biaya produksi.
Berikut contoh pusat-pusat biaya yang dapat di bentuk macam-macam organisasi :
Organisasi | PusatBiaya |
TokoPengecer | BagianPeriklanan BagianPemeliharaan |
Stasiun TV | Rekayasa Audio/Video |
PerguruanTinggi | FakultasFilsafat BagianPembangkitTenagaListrik |
Pemerintahan Kota Madya | BagianKeamanan BagianKesra |
Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan (Revenue Center), pusat ini bertanggung jawab atas timbulnya pendapatan, baik dari penjualan barang dagangan, dari barang jadi, maupun dari jasa
Pusat Laba
Pusat laba (Profit Center) bertanggung jawab terhadap laba, yaitu selisih antara pendapatan dan biaya.Akuntansi pertanggungjawaban biasanya mengacu pada bagian dari perusahaan sebagai pusat laba, misalnya lini produk, wilayah pemasaran atau took pada perusahaan pengecer. Dalam kaitannya dalam prestasi laba tidak selalu laba bersih setelah pajak, tapi laba dapat di artikan sebagai contribution margin, yang di gunakan untuk menutup biaya tetap (baik biaya tetap pusat pertanggungjawaban itu sendiri maupun biayat etap yang berupa alokasi dari kantor pusat) dan laba
Pusat Investasi
Pusat Investasi (Investment Center), bertanggung jawab terhadap laba dan seluruh investasi. Manager pusat investasi di niai berdasarkan pada kemampuannya dalam menggunakan sumber daya yang di percayakan kepada pusat ersebut untuk memperoleh laba.
LAPORAN PRESTASI UNTUK PUSAT BIAYA
Laporan prestasi keuangan untuk pusat biaya harus selalu mencakup perbandingan antara biaya yang ditetapkan dalam anggaran dan biaya yang sesungguhnya terjadi, dengan identifikasi selisih. Selisih dapat dikatakan menguntungkan (selisih laba) apabila biaya yang sesungguhnya lebih kecil daripada anggaran biaya, da tidak menguntungkan(selisih rugi) apabila terjadi sebaliknya. Dalam menjelaskan mengenai evaluasi presatasi pusat biaya diperlukan penjelasan mengenai anggaran statis dan anggaran fleksibel. Anggaran statis (statis budget) adalah anggaran yang didasarkan pada taksiran penjualan dan produksi tertentu. Sedangkan anggaran fleksibel (flexible budget) adalah anggaran yang disusun dengan mendasarkan pada berbagai tingkat produksi dan volume penjualan yang mungkin atau disesuaikan dengan tingkat produksi yang terjadi sesungguhnya. Anggaran ini (anggaran fleksibel) mendasarkan diri pada hubungan biaya-volume-laba, yang digunakan untuk menetapkan jumlah biaya untuk mencapai volume kegiatan yang dicapai. Untuk tujuan penilaian prestasi keuangan pusat biaya produksi, digunakan anggaran fleksibel yang disesuaikan dengan tingkat kegiatan yang sesungguhnya terjadi. Selisih anggarn fleksibel dihitung untuk setiap selisih antara biaya sesungguhnya dan anggaran biaya produksi atau jasa yang sesungguhnya terjadi. Contoh anggaran fleksibel untuk Perusahaan WKWK yang memiliki 3 departemen: Produksi, penjualan, dan administrasi. Anggaran fleksibel untuk biaya produksi bulan Januari 2011 adalah sebagai berikut:
Elemen | Biaya tetap | Biaya Variabel |
Bahan Baku | Rp 20,00 / Unit | |
Tenaga kerja langsung | Rp 12,00 / Unit | |
Overhead pabrik | Rp 100.000,00 | Rp 8,00 / Unit |
Total biaya produksi | Rp 100.000,00 + | Rp 40,00 / Unit |
Anggaran untuk produksi yang berkisar antara 16.000 unit dan 20.000 unit adalah sebgai berikut:
Biaya Produksi | |
Bahan Baku 20.000 x Rp 20 | Rp 400.000,00 |
Tenaga kerja langsung 20.000 x Rp 12 | Rp 240.000,00 |
Overhead Variabel 20.000 x Rp 8 | Rp 160.000,00 |
Anggaran Biaya Produksi | Rp 800.000,00 |
Efisiensi merupakan perbandingan antara biaya sesungguhnya dan anggarannya, sedangkan efektivitas merupakan perbandingan antara volume produksi yang dicapai dan volume produksi yang menjadi target. Sehingga dalam hal ini departemen produksi mempunyai dua tanggung jawab yang dinilai dengan dua criteria, yaitu tanggung jawab untuk mencapai produksi (efektivitas) sesuai dengan anggaran dan tanggung jawab keuangan untuk mengendalikan biaya (efesiensi).
Anggaran biaya produksi perusahaan WKWK di atas disusun dengan mendasarkan pada volume produksi yang diharapkan dapat dijual dan pada jumlah sediaan yang dibutuhkan selama satu periode, dengan mempertimbangkan bahan baku, tenaga kerja langsung, dan fasilitas. Apabila tidak ada perubahan apapun yang terjadi pada volume produksi dan sediaan, maka tanggung jawab depatremen produksi terhadap volume produksi dievaluasi dengan membandingkan biaya produksi yang dianggarkan dengan biaya produksi sesungguhnya. Namun, apabila yang terjadi sebaliknya maka tanggung jawab keuangan departemen produksi terhadap biaya harus didasarkan pada tingkat produksi sesungguhnya.
Tabel Anggaran Fleksibel dan Penilaian Prestasi
Keterangan | Sesungguhnya | Anggaran Fleksibel pada kapasitas sesungguhnya | Selisih |
Volume | 22.000 unit | 22.000 unit | |
Biaya Produksi | |||
Bahan Baku | Rp 430.000 | Rp 440.000 | Rp 10.000 Laba |
TK Langsung | Rp 280.000 | Rp 264.000 | Rp 16.000 Rugi |
Overhead Variabel | Rp 180.000 | Rp 176.000 | Rp 4.000 Rugi |
Overhead Tetap | Rp 100.000 | Rp 100.000 | |
Rp 990.000 | Rp 980.000 | Rp 10.000 Rugi |
Biaya standar (standard cost) adalah anggaran untuk membuat satu unit produk. BIaya standaar dapat digunakan untuk : (1) menetapkan anggaran, (2) menilai prestasi, dan (3) menetukan harga pokok produk (biaya produk). Biaya standar harus didasarkan pada prediksi yang realistis apabila dikehendaki tercapainya manfaat penuh dari biaya standar. Beberapa perusahaan menetapkan standar ketat (tight standard) untuk memotivasi tenaga kerja langsung agar lebih produktif. Standar ketat biasanya tidak dipakai oleh perusahaan yang manajemennya menerapkan anggaran partisipasi (anggaran yang apara bawahan ikut aktif menyiapkan usulan anggaran). Dalam anggran partisipasi, masalah mungkin juga timbul, yaitu bagaimana cara yang tepat untuk : (1) menghindarkan standar longgar (loose standard) yang mudah dicapai dan (2) menghindarkan biaya produksi yang terlalu tinggi. Pusat biaya dapat dibedakan menjadi: (1) Pusat biaya standar (standard cost center) atau sering disebut pusat biaya teknik (engineered cos center), adalah pusat biaya yang sebagian besar hubungan antara input dan outputnya dapat ditentukan secara jelas. (2) Pusat biaya kebijakan (discretionary cost center) adalah pusat biaya yang sebagian besar hubungan antara input dan outputnya tidak dapat atau sulit untuk ditentukan.
LAPORAN PRESTASI PUSAT PENDAPATAN
Laporan prestasi keuangan untuk pusat pendapatan membandingkan antara pendapatan yang sesungguhnya dan pendapatan menurut anggaran, dengan menganggap selisih sebagai penyimpangan. Pusat pendapatan mempunyai tanggung jawab ganda (dual responsibility), yaitu sebagai pusat biaya disamping sebagai pusat pendapatan. Seandainya pusat pendapatan dinilai dengan laba, yaitu pendapatan dikurangi biaya terkendali, maka pusat tersebut diperlakukan sebagai pusat laba.
Membandingkan dengan Anggaran Statis
Setiap perusahaan tentu ingin mencapai tujuan laba sebagaimana yang telah dianggarkan untuk suatu periode dengan anggaran biaya tetap dan biaya variable, maka pusat pendapatan harus dapat mencapai anggaran pendapatannya. Untuk menilai pusat pendapatan adalah dengan menggunakan anggaran statis bukan anggaran fleksibel.
Anggap anggaran penjualan Perusahaan WKWK bulan Januari 2011 adalah 20.000 unit dengan harga per unitnya Rp 80,00. Apabila penjualan sesungguhnya 22.000 unit dengan harga jual sesungguhnya Rp 78,00 maka:
Pendapatan sesungguhnya (22.000 x Rp 78) ……………….. Rp 1.716.000
Pendapatan yang dianggarkan ( 20.000 x Rp 80) ………… Rp 1.600.000
Selisih ………………………………………………………………… Rp 116.000
Selisih pendapatan merupakan selisih laba atau menguntungkan, karena pendapatan sesungguhnya melebihi pendapatan yang dianggarkan. Penyebab selisih disebabkan dua factor selisih harga jual dari Rp 80 menjadi Rp 78 dan selisih volume penjualan dari 20.000 menjadi 22.000
Selisih harga jual menunjukkan dampak perubahan harga jual terhadap pendapatan pada volume penjualan sesungguhnya. Rumus :
Selisih harga jual = | Harga jual _ Harga Jual Sesungguhnya yang dianggarkan | Volume X Penjualan Sesungguhnya |
Selisih volume penjualan menunjukkan dampak perubahan volume penjuala terhadap pendapatan, anggapan tidak terjadi perubahan harga jual. Rumus :
Selisih volume penjualan = | Volume penjualan _ Volume penjualan Sesungguhnya yang dianggarkan | X Harga jual yang dianggarkan |
Selisih volume dan selisih harga penjualan bulan Januari masing masing Rp dengan perhitungan sebagai berikut :
Selisih harga jual ( Rp 78 – Rp 80 ) x 22.000 ……….. Selisih volume penjualan ( 22.000 – 20.000 ) x Rp 80 …………………………………. Selisih pendapatan ……………………………………………. | Rp 44.000 Rugi Rp 160.000 Laba Rp 116.000 Laba |
Penafsiran selisih tersebut bersifat subyektif. Dapat dikatakan bahwa jika peningkatan volume penjualan tidak bersamaan dengan penurunan harga jual, maka pendapatan tentu mengalami kenaikan Rp 160.000. Penurunan Rp 2,00 per unit dalam harga jual akan mengurangi pendapatan perusahaan sebesar Rp 44.000,00, hal ini berarti pengurangan Rp 2,00 dalam harga jual per unit dikompensasi lebih besar oleh kenaikan volume penjualan.
Memasukkan unsure biaya dalam menilai prestasi pusat pendapatan
Biaya terkendali pada pusat pendapatan mencakup biaya penjualan tetap dan penjualan variable. Biaya terkendali harus dipertimbangkan, jika tidak maka pusat pendapatan terdorong untuk melakukan praktik penjualan nyang tidak ekonomis misalnya periklanan yang berlebihan. Biaya biaya penjualan dapat diklasifikasikan menjadi
1. Order getting cost yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendapat order dari konsumen, contohnya biaya periklanan. Hubungan antara biaya- biaya ini dan jumlah pesanan sulit diukur, oleh karena itu biaya- biaya tersebut termasuk sebagai discretionary cost.
2. Order filling cost yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penyerahan barang sampai ke tangan konsumen. Misalnya biaya pengangkutan. Biaya- biaya ini umumnya mudak dicari hubungannya secara teknis dengan jumalah pesanan yang dilayani, oleh karena itu biaya- biaya ini termasuk sebagai engineered cost.
Prestasi pusat pendapatan dalam mengendalikan biaya dapat dievaluasi dengan bantuan anggaran fleksibel yang disesuaikan dengan tingkat kegiatan sesungguhnya.
Contoh anggaplah bahwa anggaran biaya departemen pemasaran bulan Januari 2011 adalah biaya tetap Rp 20.000,00 dan biaya variable Rp 10,00 untuk per unit yang terjual. Bila bulan Januari jumlah yang terjual 22.000 unit dan biaya tetap pemasaran variable sesungguhnya masing masing sebesar Rp 20.000,00 dan Rp 130.000,00. maka selisih biaya total yang dibebankan ke bagian pemasaran sebagai berikut:
Keterangan | Sesungguhnya | Anggaran Fleksibel pada kapasitas sesungguhnya | Selisih |
Volume Biaya Pemasaran: Variabel Tetap | 22.000 unit Rp 130.000 Rp 20.000 | 22.000 unit Rp 110.000 Rp 20.000 | Rp 20.000 Rugi |
Jumlah | Rp 150.000 | Rp 130.000 | Rp 20.000 Rugi |
Selisih biaya maupun selisih pendapatan hendaknya dipertimbangkan manajemen dalam melakukan penilaian prestasi departemen baik sebagai pusat laba maupun sebagai pusat pendapatan.
LAPORAN PRESTASI PUSAT LABA
Laporan prestasi pusat laba membandingkan antara laba yang sesungguhnya dicapai dan laba menurut anggaran. Pengukuran profitabilitas pusat laba ada dua jenis, pertama pengukuran prestasi manajemen yaitu mengukur keberhasilan manajer, dalam hal ini digunakan untuk perencanaan, koordinasi, pengendalian aktivitas harian dan sebagai lata memotivasi manajer. Kedua yaitu pengukuran prestasi ekonomi yang mengukur keberhasilan pusat laba sebagai kesatuan ekonomi.
Pelbagai Tipe Pengukuran Profitabilitas
Menurut Slamet Sugiri, profitabilitas manajer pusat laba dapat diukur dengan lima tipe pengukuran sebagai berikut :
Contribution Margin
Contribution margin menunjukkan dampak perubahan penjualan terhadap laba, adapun alas an pengkuran laba berdasarkan contribution margin yaitu bahwa biaya tetap dianggap tidak dapat dikendalikan manajer pusat laba dan harus berusaha memaksimumkan selisih pendapatan dan biaya variable. Namun terdapat biaya tetap yang dapat dikendalikan baik seluruhnya maupun sebagian.
Laba langsung
Laba langsung menunjukkan jumlah kontribusi pusat laba untuk menutup biaya overhead umum dan laba perusahaan. Kelemahan tipe pengukuran ini adalah bahwa laba langsung tidak dapat digunakan sebagai pengukuran prestasi ekonomi yang handal karena tidak memasukkan biaya- biaya kantor pusat yang dikeluarkan untuk kepentingan pusat laba.
Tabel pengukuran
Penjualan …………………………………………………….. Rp 20.000
1) Contribution Margin ……………………….. Rp 16.000
2) Laba Langsung ………………………………… Rp 14.000
3) Laba Terkendali …………………………….. Rp 11.000
4) Laba Sebelum Pajak ……………………… Rp 10.000
5) Laba Bersih ………………………………….. Rp 7.600
Laba terkendali
Laba terkendali adalah laba langsung dikurangi biaya alokasian terkendali dengan anggapan nahwa seluruh biaya langsung merupakan biaya terkendali. Laba terkendali menunjukkan laba yang dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba setelah mempertimbangkan baik biaya langsung maupun alokasian terkendali. Kelemahan pengukuran ini adalah bahwa tidak dapat dibandingkan langsung dengan perusahaan lain yang beroperasi pada pasar yang sama, karena hanya memperhitungkan sebagian biaya kantor pusat. Untuk mengatasi kelemahan ini, tipe pengukurannya menggunakan laba sebelum pajak.
Laba sebelum pajak
Pada tipe pengukuran ini, seluruh biaya kantor pusat, terkendali atau tidak, dialokasikan ke pusat- pusat laba. Dasar alokasinya adalah jumlah relative biaya yang harus dikeluarkan oleh kator pusat untuk setiap pusat laba. Penjumlahan laba sebelum pajak dari seluruh pusat laba sama dengan laba sebelum pajak bagi perusahaan. Tipe pengukuran ini dapat digunakan sebagai dasar perbandingan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan sebagi dasar analisis ekonomi lain mengenai potensi profitabilitas pusat laba.
Laba bersih
Tipe pengukuran ini jarang digunakan, alasannya yaitu
- dalam berbagai hal, laba bersih adalah persentase tetap dari laba sebelum pajak, sehingga tidak ada manfaatnya memasukkan unsure pajak penghasilan
- keputusan yang mempunyai dampak pada pajak penghasilan dibuat oleh kantor pusat
- profitabilits pusat laba tidak mempengaruhi atau dipengaruhi keputusan – keputusan diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar