1 Pengertian
Analisis biaya - volume – laba sangatlah diperlukan dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi manajer dalam memberikan perintah, sebab analisis ini membantu memahami hubungan timbal balik antara biaya – volume dan laba dalam suatu organisasi, hal ini tentu bermanfaat dalam pengambilan keputusan bisnis. Keputusan ini yang dimaksud, misalnya produk apa yang harus diproduksi dan dijual, strategi pemasaran apa yang harus digunakan, dan lain sebagainya. Secara umum analisis biaya – volume dan laba menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume penjualan, dan bauran penjualan yang akan mempengaruhi laba.
2 Asumsi dalam analisis biaya – volume – laba
1. Semua biaya diklasifikasikan menjadi biaya variabel atau biaya tetap.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relevan.
3. Fungsi jumlah pendapatan adalh linier dalam kisaran relevan, dalam hal ini harga jual dianggap konstan.
4. Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk / rupiah penjualan.
5. Persediaan awal sama dengan persediaan akhir.
3 Dasar – dasar analisis biaya – volume – laba
Menurut Slamet Sugiri, dasar – dasar analisis ada dua hal yaitu
1 Margin Kontribusi (Contributin Margin)
Contribution margin merupakan selisih antara harga jual per unit dan biaya per unit. Secara umum contribution margin adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variable. Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian menjadi laba untuk periode tersebut.
2Operating Leverage
Operating leverage adalah tingkat pengeluaran tetap didalam sebuah perusahaan. Bagi akuntan manajemen, operating leverage mengacu pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kenaikan laba manakala volume penjualan berubah.
1 Contribution margin
Contoh contribution margin
Jumlah | Per unit | |
Penjualan 800 Kaset Biaya Variabel | Rp 200.000.000 Rp 120.000.000 | Rp 250.000 Rp 150.000 |
Margin kontribusi Biaya tetap | Rp 80.000.000 Rp 70.000.000 | Rp 100.000 |
Laba / rugi | Rp 10.000.000 |
Pada tabel diatas, margin kontribusi per unit Rp 100.000, menunjukkan bahwa untuk setiap unit produk yang dibuat akan menyumbang margin kontribusi sebesar Rp 100.000.
Rasio margin kontribusi
Margin kontribusi dapat dinyatakan dalam suatu persentase dari pendapatan penjualan, hal inilah yang disebut rasio margin kontribusi.
Rasio Margin Contribusi = Margin kontribusi
Rasio margin kontribusi sangat berguna, karena ia menunjukkan bagaimana margin kontribusi akan terpengaruh oleh total penjualan.
Untuk perhitungan break event point (BEP) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
1. Atas dasar unit.
2. Atas dasar sales dalam rupiah.
Rumus BEP :
P - VC
Ket : P = harga jual per unit
V = biaya variabel per unit
FC = biaya tetap
Dalam makalah Dionsya Kowanda, adapun tujuan mencari titik impas yaitu :
1. Mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan = biaya.
2. Menunjukkan suatu sasarn volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan.
3. Mengawasi kebijakan penentuan harga.
4. Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah perusahaan beroperasi dekat / jauh dari titik impas.
Titik impas secara matematis dinyatakan dalam persamaan : penjualan = biaya.
Dari contoh diatas dapat dicari BEP (dalam unit) :
250.000Q = 150.000Q + 70.000.000 + 0
100.000Q = 70.000.000
Q = 700 unit kaset
Jika dinyatakan dalam penjualan :
700 unit x Rp 250.000 = Rp 175.000.000
BEP = biaya tetap : margin kontribusi per unit
= Rp 70.000.000 : Rp 100.000
= 700 unit kaset
BEP = biaya tetap : rasio margin kontribusi
= 70.000.000 : 40%
= Rp 175.000.000
2 Operating leverage
Contoh kasus:
PT OKY | PT OKOK | |||
Jumlah | % | Jumlah | % | |
Penjualan Biaya variabel | Rp 400.000 Rp 240.000 | 100 60 | Rp 400.000 Rp 120.000 | 100 30 |
Margin kontribusi Biaya tetap | Rp 160.000 Rp 120.000 | 40 | Rp 280.000 Rp 240.000 | 70 |
Laba bersih | Rp 40.000 | Rp 40.000 |
Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa PT Oky memiliki komposisi biaya tetap lebih besar dibandingkan PT Okok walaupun jumlah biaya totalnya sama Rp 360.000. Jika penjualan mengalami kenaikan sebesar 10%, maka :
PT OKY | PT OKOK | |||
Jumlah | % | Jumlah | % | |
Penjualan Biaya variabel | Rp 440.000 Rp 264.000 | 100 60 | Rp 440.000 Rp 132.000 | 100 30 |
Margin kontribusi Biaya tetap | Rp 176.000 Rp 120.000 | 40 | Rp 304.000 Rp 240.000 | 70 |
Laba bersih | Rp 56.000 | Rp 56.000 |
Kenaikan laba PT Oky = Rp 16.000 : Rp 40.000
= 40 %
Kenaikan laba PT Okok = Rp 28.000 : Rp 40.000
= 70%
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan operating leverage tinggi (komposisi biaya tetap lebih besar dari biaya variabel) akan sangat peka terjadap perubahan laba akibat adanya perubahan volume penjualan. Pada kasus diatas PT Okok mempunyai tuasan operasi yang lebih besar maka perubahan laba lebih besar akibat adanya perubahan volume penjualan 10%.
Laba bersih
Faktor operating leverage PT Oky = Rp 160.000 : Rp 40.000 = 4.
Maka perubahan penjualan 4 x 10% = 40%
Faktor operating leverage PT Okok = Rp 280.000 : Rp 40.000 = 7
Maka perubahan penjualan 7 x 10% = 70%
4 Manfaat analisis biaya – volume – laba untuk perencanaan
1. Membantu menghitung jumlah unit produk yang seharusnya dijual untuk mecapau laba tertentu.
2. Membantu dalam menentukan margin safety yaitu unit yang diharpkan atau dijual diatas titik impas.
3. Membantu menentukan volume penjualan dengan target laba tertentu jika terdapat beban pajak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar